Rabu, 10 Desember 2014

BISNIS BIMBINGAN BELAJAR cocok dirintis oleh Mahasiswa

BIMBINGAN BELAJAR ...cocok dirintis oleh Mahasiswa
Saat ini, standar kelulusan ujian terus meningkat. Setiap tahun banyak kisah tragis yang terjadi, banyak anak-anak yang tidak lulus dan menangis tersedu-sedu. Artinya, masalah kelulusan ini adalah masalah sangat serius bagi anak-anak sekolah sekarang.

Nah,...ada peluang untuk memberikan "solusi" disini. Maka lahirlah peluang Bimbingan Belajar. Usaha ini sangat layak dilakukan oleh orang-orang yang memilki IQ lumayan. Jadi, kalau anda adalah mahasiswa yang punya kemampuan "mengajarkan dan memberikan solusi" dan "gear melahap soal-soal" rasanya cocok sekali ber-kiprah dalam urusan ini...memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) hingga calon mahasiswa.

Belakangan usaha ini makin ramai. Lihat saja Primagama yang menggeliat di mana-mana. Maka tak heran kalau usaha ini termasuk banyak yang digeluti oleh mahasiswa. Maklum modalnya tidak besar. Hanya saja, Anda dituntut memiliki pengetahuan yang dalam dan luas mengenai bidang studi yang Anda ajarkan.

Biasanya Anda wajib menguasai ilmu eksakta seperti kimia, fisika, matematika, termasuk, bahasa (Inggris), hingga akuntansi (ekonomi), dan kesenian (piano). Bidang-bidang ilmu ini yang banyak membutuhkan tenaga pembimbing.

Lantas mengapa usaha ini tidak membutuhkan modal besar? Pasalnya, Anda bisa langsung memberikan bimbingan belajar ke rumah-rumah klien/konsumen jasa Anda (privat). Anda cukup menyediakan uang transport, modul-modul (difotokopi), maupun buku-buku pelajaran tambahan lainnya.

Kalau Anda belum memilikinya, silakan beli ke toko buku atau ke penjual buku bekas agar bisa menekan modal. Pelajari kembali bahan-bahan bimbingan yang akan Anda ajarkan kepada murid Anda sebelum mengajar.

Kalau Anda yakin peluang usaha Anda akan berkembang pesat, silakan menyewa ruangan tersendiri. Atau, Anda bisa memakai ruangan, garasi di rumah Anda sendiri. Siapkan papan tulis, spidol, meja buat pengajar, meja buat murid-murid termasuk kursi-kursi yang nyaman.

Ajarkan bidang studi yang Anda kuasai. Jika Anda tidak menguasai bidang itu, Anda bisa meminta teman Anda untuk mengajar dengan catatan yang menguasai bidang studi itu. Bagaimana cara menemukan pangsa pasar? Tidak usah repot-repot! Mulailah mencari pengguna jasa Anda dari tetangga terdekat. Carilah keluarga-keluarga muda yang sibuk bekerja. Dipastikan tanggung jawab pendidikan keahlian bagi anak-anak mereka biasanya diserahkan kepada sekolah, lembaga kursus, dan bimbingan belajar pribadi.

Anda juga bisa membuat kartu nama dan bisa dibagikan. Atau, bagikan brosur atau lembaran fotokopi tentang jasa Anda. Jangan lupa sertakan nomor telefon atau seluler Anda di sana.

Bagikan brosur atau lembaran fotokopi tentang jasa Anda. Jangan lupa sertakan nomor telefon atau seluler Anda di sana. Bagikan ke perumahan-perumahan menengah ke atas.
Biasanya ada yang memaku papan iklan di pohon-pohon, tiang listrik, sampai ke tiang iklan di jalan-jalan. Sebaiknya hindari kebiasaan ini, karena Anda ikut membuat suasana kota menjadi semrawut.

Kalau Anda punya kelas, pasti usaha ini menggiurkan. Pungut minimal Rp 50 ribu per murid dikalikan 15 murid, penghasilan Anda sudah Rp 1,5 juga per bulan.

Kalau Anda memberikan les privat perhitungkan biaya transport Anda. Semakin jauh pasti pungutannya pun semakin disesuaikan dengan pengeluaran Anda. Yang paling penting buatlah kesepakatan dengan orang tua murid Anda berapa nilai jasa yang Anda kenakan.

Anda bisa memakai peluang ini untuk merintis usaha pribadi kelak. Siapa tahu mulai dari bisnis kecil-kecilan ini, Anda menjelma menjadi pengusaha bisnis di bidang pendidikan terdepan kelak


Semoga sukses !

Selasa, 09 Desember 2014

Selayang Pandang Purdi E. Chandra (Owner Primagama College)

Kisah Sukses-3 : Purdi E. Chandra (Owner Primagama College) : Kalau Ingin Kaya Ngapain Sekolah? (...tulisan-3)

Apa yang harus dilakukan untuk membongkar sistem seperti itu?
Memang berat karena dari dulu juga begitu. Maka harus lewat luar, kegiatan-kegiatan ekstra. Maka saya usulkan pendidikan kita dibuat dua sistem; sistem ijazah dan sistem tanpa ijazah. Kalau sekolah tanpa ijazah, orang akan cenderung cari ketrampilan dari praktek yang kelihatan. Yang pakai ijazah untuk yang mau jadi dosen, jadi dokter, jadi ilmuwan. Kalau pelajaran kimia yang pakai ijazah, ya ilmuwan itulah. Kalau kimia yang tidak pakai ijazah, pilihannya ya bikin deterjen, bikin sirup, bikin apa saja yang ada manfaatnya. Kalau semua harus belajar kimia, padahal kita tidak tertarik, berarti dipaksa dan tidak happy jadinya.
Kalau di tataran konseptual, apa yang mesti dilakukan?
Saya kira Dikbud itu merasa bahwa yang menentukan masa depan Indonesia itu dia. Bikin kurikulum, walaupun sumbernya dari masyarakat, tapi sering terlambat. Kurikulum tahun lalu baru dipakai sekarang. Lebih cepat di luar, kan? Maka kalau saya, pendidikan itu tidak usah diatur. Perguruan Tinggi siapa pun boleh bikin. Dan itu masyarakat yang menilai. Hukum pasar! Titel MBA atau apa dilarang, kenapa? Alamiah aja. Nanti kalau kebanjiran itu orang ndak mau pakai, kan ndak masalah? Kalau banyak manajer belajar ilmu untuk mendapatkan MBA, itu kan bagus? Dalam pendidikan itu sebenarnya mereka dagang. Kalau model-model pendidikan itu masyarakat yang mengembangkan, mungkin baru bagus. Karena pas dengan zaman itu. Misalnya Mc Donald mau bikin Universitas Mc Donald, kenapa tidak?
Bagaimana dengan Entrepreneur University yang Anda dirikan?
Sebagai entrepreneur, saya punya visi Mega Entrepreneur. Artinya bagaimana seorang pengusaha bisa menciptakan pengusaha lainnya. Kalau pengusaha bisa menciptakan lapangan kerja, itu sudah biasa. Yang saya kejar adalah bagaimana saya bisa menciptakan banyak pengusaha. Dulu visi saya memang menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Kalau seperti itu kan lama. Mungkin hanya ribuan lapangan kerja. Tapi kalau bisa menciptakan banyak pengusaha, lapangan kerja yang tercipta lebih banyak lagi.
Karyawan saya pun saya usahakan bisa jadi pengusaha. Kayak manajer-manajer saya, semua sudah punya usaha di luar. Saya ditentang oleh Renald Kasali. Katanya menurut teori itu tidak bisa. ‘Orang kerja kok diajak merangkap jadi pengusaha, itu ndak bisa!’. Saya praktekkan ternyata bisa. Manajer saya punya perusahaan mebel. Menurut Kiyosaki, di sini dia sebagai employee, di luar dia sebagai business owner karena yang mengelola orang lain. Ada manajer saya yang buka bengkel motor. Sopir saya punya kenteng mobil. Sopir saya yang lain punya bisnis jual beli handphone. Karyawan-karyawan itu mau jadi manajer semua ndak mungkin, kan? Harapan paling besar saya, ya mereka jadi pengusaha.

Pasti Bermanfaat ! Selamat Berjuang !

Kisah Sukses-2 : Purdi E. Chandra (Owner Primagama College)

Kisah Sukses-2 : Purdi E. Chandra (Owner Primagama College) : Kalau Ingin Kaya Ngapain Sekolah? (...tulisan-2)

Apakah pendidikan kita sangat bermasalah?
Memang saya lihat pendidikan kita itu dari otak kiri saja. Padahal kalau kita garap yang kanan, porsinya banyak, maka otomatis otak kirinya naik. Tapi kalau kita banyakin kiri, kanan ndak ikut naik. Kanan itu adalah praktek. Saya bilang street smart. Cerdas di lapangan, di jalanan. Orang yang akademik, sekolahnya pintar, IP atau nilai tinggi, dia tidak berani menentang teori. Jadi robotlah. Kalau di situ jadi topeng monyet. Dia tidak berani membuat kreasi sendiri. Padahal hidup dia itu bukan di masa lalu. Hidup dia itu kan di masa datang, dan itu serba berubah cepat. Tidak ada yang sama dengan teori yang dia pelajari. Teori itu kan hasil temuan. Kenapa kita tidak bisa menemukan sendiri? Saya punya contoh, manajemen di Primagama, yang tidak ada di teori. Kalau pun ada di teori pasti disalah-salahkan.
Apa itu?
Di Primagama, suami-istri bekerja dalam satu kantor itu malah kita anjurkan. Di lain tempat dan di teori itu ndak boleh! Tapi saya praktekkan…ternyata jalan, bagus. Saya melihat, mereka masing-masing bisa saling mengontrol. Maka, menantang teori itu yang utama. Saya malah bisa menaikkan omset Primagama 60%. Contohnya lagi, iklan Primagama yang pakai aktor Rano Karno. Menurut orang kampus, dan pernah dibahas di sana, itu ndak bener! Menurut teori ndak benar. Tapi nyatanya, bagus hasilnya. Saya dulu pernah pakai Sarlito (pakar psikologi dan pendidikan:red), malah ndak ada hasilnya… walau dia doktor atau apa. Jadi street smart itu!
Apa artinya street smart?
Cerdas di jalanan. Ada academic smart atau school smart. Tapi street smart itu cerdas dengan praktek. Jadi begini, kalau kita punya pengetahuan dengan benar, pengetahuan itu kan akademik. Kita tidak strong, gugur! Kita tidak akan bisa. Kita tidak akan bisa benar. Waktu SD itu ada bacaan-bacaan begini; “Ibu pergi ke pasar membeli sayur.” Kok tidak yang menjual sayur saja? Kok, kata-katanya selalu membeli, bukan menjual? Teryata setelah saya urut-urut, yang nulis itu guru. Coba kalau isinya diubah menjadi menjual, itu akan lain.
Kenapa tertarik menonjolkan sisi menjualnya?
Kalau saya bertransaksi, itu nilai tambah. Dalam transaksi, duit paling banyak itu kan pengusahanya? Dan paling banyak milik pengusaha. Coba kalau misalnya yang satu membeli saja. Akan terbatas transaksinya. Sehingga kalau memang harus banyak pengusahanya, ya untuk menjual.
Setuju dengan pemikiran Kiyosaki “If you want to be rich and happy, don’t go to school”?
Kalau saya if you want to be rich and happy, ya.... kalau ingin kaya, ngapain sekolah? Kalau di sekolah tidak akan happy dan kaya. Pendidikan kita tidak bikin happy, malah bikin stres anak. Porsi mainnya kurang. Sejak Taman Kanak-kanak sudah dipaksa main otak kiri. Mungkin itu karena dari menterinya sampai orang-orang tuanya itu otak kiri semua, kan? Dikatakan figur yang bagus itu yang profesor, yang doktor. Padahal kalau kita pilah, yang pintar sekolah memang jadi dosen, jadi dokter. Yang sedang-sedang saja jadi manajer. Tapi yang bodo-bodo sekolahnya malah jadi pengusaha. Penelitian di Harvard begitu.
Penyikapan guru terhadap anak yang bodo kok divonis tidak punya masa depan. Mungkin dia berani, kreatif, bisa menemukan apa yang tidak ditemukan oleh anak-anak pintar. Nah, pendidikan kita itu semua mau dijadikan ilmuwan. Seolah ngejar otak kiri saja, ngejar school smart saja.
Apa yang harus dilakukan untuk membongkar sistem seperti itu?

BELAJAR DARI KISAH SUKSES PURDI E. CANDRA PRIMAGAMA

Kisah Sukses-1 : Purdi E. Chandra (Owner Primagama College) : Kalau Ingin Kaya Ngapain Sekolah? (...tulisan-1)

Untuk menjadi seorang entrepreneur sejati, tidak perlu IP tinggi, ijazah, apalagi modal uang. “Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Pakai ilmu street smart saja,” ungkap Purdi E. Chandra, Direktur Utama Yayasan Primagama. Menurutnya, kemampuan otak kanan yang kreatif dan inovatif saja sudah memadai. Banyak orang ragu berbisnis cuma gara-gara terlalu pintar. Sebaliknya, orang yang oleh guru-guru formal dianggap bodoh karena nilainya jelek, justru melejit jadi wirausahawan sukses. “Masalahnya jika orang terlalu tahu risikonya, terlalu banyak berhitung, dia malah tidak akan berani buka usaha,” tambah ‘konglomerat bimbingan tes’ ini.
Purdi memang jadi model wirausahawan ‘jalanan’ plus modal nekad. Ia tinggalkan kuliahnya di empat fakultas di UGM dan IKIP Yogyakarta. Lalu dengan modal Rp300 ribu ia dirikan lembaga bimbingan tes Primagama pada 10 Maret 1982 di Yogyakarta. Sebuah peluang bisnis potensial yang kala itu tidak banyak dilirik orang. Ia sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 167 cabang di lebih dari 106 kota. Ia dirikan IMKI, AMIKOM, Entrepreneur University, dan terakhir Sekolah Tinggi Psikologi di Yogyakarta. Grup Primagama pun merambah bidang radio, penerbitan, jasa wisata, ritel, dll. Semuanya diawalkan dari keberanian mengambil risiko.
Kini Purdi lebih banyak lagi ‘berdakwah’ tentang entrepreneurship. Bagi Purdi, entrepreneur sukses pastilah bisa menciptakan banyak lapangan kerja. Namun, itu saja tidak cukup berarti bagi bangsa ini. “Saya memimpikan bisa melahirkan banyak lagi pengusaha-pengusaha. Dengan demikian, makin banyak pula lapangan kerja diciptakan.
Bagaimana semangat wirausaha masyarakat kita?
Mungkin begini. Salahnya pendidikan kita itu, kebanyakan orang lulus sarjana baru cari kerja. Jadi pengusaha itu mungkin malah orang-orang yang kepepet. Yang tidak diterima di mana-mana, baru dia sadar dan bikin usaha sendiri. Mestinya, kesadaran seperti ini bisa untuk orang-orang yang tidak kepepet. Alasannya, kalau mau usaha harus ada modal, punya ketrampilan. Padahal tidak harus begitu. Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Ibaratnya kalau kita punya ijazah pun, tidak usah dipikirin. Saya dulu tak tergantung dengan selembar kertas itu. Sekarang mau dijaminkan di bank juga tidak bisa. Hanya buat senang-senang saja kalau sudah sarjana.


Apakah pendidikan kita sangat bermasalah? 

Sumber : http://mitrabisnistangerang.blogspot.com/2009/01/kisah-sukses-2-purdi-e-chandra-owner.html

Tips Bisnis AMPUH : Bagaimana Memulai Usaha dari Rumah

Tips Bisnis-1 : Bagaimana Memulai Usaha dari Rumah

Membuka usaha dari rumah sendiri bisa menjadi salah satu pilihan untuk memulai langkah pertama sebagai pengusaha. Kita ketahui banyak pengusaha sukses yang mengawali karirnya dari rumah. Dan banyak pula perusahaan besar yang awalnya dirintis dari rumah pendirinya.
Memiliki usaha dari rumah akan menghemat investasi pada tempat / lokasi. Karena tidak perlu menyewa dan tidak perlu membelinya. Kalaupun rumah kita masih ngontrak, rumah yang kita kontrak akan menjadi lebih produktif dan tidak sekadar ditempai untuk tidur semata.
Di era digital saat ini, peluang untuk membuka usaha dari rumah terbuka sangat lebar. Kita bisa membuka usaha penjualan barang maupun jasa lewat internet. Asal barang dan jasa yang kita jual banyak yang membutuhkan dan web site yang kita buat bisa menjangkau calon pembeli, maka peluang mendulang uang lewat internet sangat terbuka.
Tidak hanya bisnis melalui internet, bisnis tradisional atau konvensional-pun bisa dimulai dari rumah. Syukur-syukur rumah kita ada di tempat yang strategis, maka kita memiliki kesempatan besar untuk mendatangkan konsumen.
Tapi bagaimana kalau lokasi rumah kita tidak strategis? Saya kira peluang untuk memiliki dan mengatur usaha dari rumah tetap ada. Berikut ini saya ceritakan salah satu sepak terjang seorang rekanan bisnis kami.
Ia seorang wanita yang memiliki bisnis yang sangat lumayan menurut ukuran saya. Dan dia menjalankannya lewat rumah. Strategi yang ia pakai adalah Konsinyasi, strategi yang mudah bukan?
Kebetulan, dia memproduksi sendiri beberapa jenis gamis dan makanan ringan. Barang-barang yang ia bikin, ia titipkan ke beberapa kios, toko, dan butik. Bahkan ia menitipkan penjualan makanan ringan ke beberapa pedagang kaki lima.
Tidak hanya barang buatan sendiri, setiap ada peluang dia juga menitipkan barang-barang yang dia beli dari produsen lainnya. Kuncinya di sini adalah networking dan kemauan untuk menjalin networking yang baru.
Pada hari-hari tertentu dia keliling dari kios ke kios, dari toko ke toko, dari butik ke butik, dan dari PKL ke PKL lainnya untuk mengecek barang dagangannya, menagih bayaran untuk barang yang laku, dan menitipkan kembali barang-barang baru untuk mengganti yang sudah laku atau menukar dengan barang yang tidak laku.
Ketika ditanya penghasilannya, dia bilang yach.. lumayan dan tersenyum penuh makna :-) .
Yang jelas dengan cara ini, dia bisa punya banyak toko tanpa perlu menyewa toko dan tanpa membeli toko. Iapun bisa mengatur sendiri irama bisnisnya.

Semoga berkah dan bermanfaat.

Salam Sukses,
Agrend Wisnu Kusuma
General Manager Bimbel BKB XPERT MULTITALENTA INDONESIA


SERBA - SERBI UJIAN NASIONAL

KEGIATAN PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL DI INSTITUSI PENDIDIKAN

Salah Satu Kolaborasi Program Divisi Akademik  dengan Divisi Pemasaran BKB XPERT MTi
Melakukan rangkaian kegiatan akademik berkala setiap tahun dengan melakukan kerja sama antar
bimbel dengan pihak sekolah yang ada di Kotamadya/Kabupaten Bogor dan sekitarnya.
Daftar berikut ini adalah nama-nama sekolah yang pernah menjalin kerja sama kemitraan
baik secara individu maupun kelembagaan antara lain :
1. SMAN 1 Bogor
2. SMAN 2 Bogor
3. SMAN 3 Bogor
4. SMAN 4 Bogor
5. SMAN 5 Bogor
6. SMAN 6 Bogor
7. SMAN 7 Bogor
8. SMAN 8 Bogor
9. SMAN 1 Cibinong
10. SMAN 2 Cibinong
11. SMAN Plus Citra Nusa Cibinong
11. SMAN Pelita Harapan Bogor
12. SMAN 1 Parung Bogor
13. SMA PGRI 3 Bogor
14. SMA Kesatuan Bogor
15. SMP Kesatuan Bogor
16. SMPN 11 Bogor
17. SMPN 20 Bogor
18. SMP Citra Nusa Bogor
19. SMP Mardi Waluya Bogor
20. SMP Regina Pacis Bogor

@ SEMOGA SUKSES DAN TERUS MENGUKIR PRESTASI @


KRISIS PANGAN, AIR DAN LINGKUNGAN JELANG TAHUN 2050


BOGOR - Indonesia ke depan bakal menghadapi persoalan pangan, energi, air, dan lingkungan sebagai akibat ledakan penduduk 2050.
Padahal, Indonesia saat ini menghadapi persoalan yang belum diatasi yakni kemiskinan dan pengangguran, kesenjangan pendapatan, utang dan ketergantungan terhadap luar negeri.
Secara keseluruhan pembangunan perekonomian selama ini baru berhasil membawa Indonesia sebagai salah satu negara dari 20 negara terbesar produk domestik bruto (PDB). Belum berhasil mengatasi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
"Model pembangunan perekonomian ke depan harus berorientasi pada model dan strategi pembangunan perekonomian yang mampu meningkatkan pertumbuhan PDB dan pendapatan nasional per kapita harus mampu mengurangi secara nyata kemiskinan, kesenjangan pendapatan, meningkatkan kesempatan kerja, dan meningkatkan devisa negara serta mampu memperbaiki kualitas lingkungan hidup," ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB) periode 2013-2017, Ir Bambang Hendroyono MM usai membuka Workshop Indonesia Agri-Incorporated: Revolusi Pembangunan Pertanian Menuju Visi Pertanian Indonesia 2045 yang diselenggarakan HA-IPB, Senin (8/12/2014).
Menurut Bambang, model dan strategi pembangunan perekonomian selama ini tidak berakar pada keunggulan komparatif dan kompetitif bangsa.
Untuk mewujudkan peningkatan pertumbuhan tersebut tentunya memerlukan pendekatan Not Business As Usual, terobosan atau revolusioner dalam pembangunan pertanian ke depan. Pendekatan not bussiness as usual terobosan revolusioner dalam pembangunan pertanian dituangkan secara sistematis dan bertahap melalui revolusi pembangunan pertanian yang mencakup enam aspek penting dan utama pembangunan pertanian.
Pertama, revolusi pengembangan kelembagaan pertanian. Kedua, revolusi pengembangan kepemimpinan dan SDM pertanian. Ketiga, revolusi pengembangan inovasi dan teknologi pertanian.
Keempat, revolusi pengembangan komoditas pertanian. Kelima, revolusi pengembangan infrastruktur pertanian, dan keenam, revolusi pengembangan kebijakan pertanian.
"Cetak Biru Indonesia Agri-incorporated: Revolusi Pembangunan Pertanian menuju Visi Pertanian Indonesia 2045 merupakan salah satu wujud kongkrit kepedulian dan komitmen seluruh pengurus HA-IPB dan alumni IPB untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya," kata dia.
Bambang menuturkan, cetak biru ini akan disampaikan kepada Pemerintah baru Republik Indonesia 2014-2019 dan seluruh pemangku kepentingan utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan Indonesia. Cetak Biru ini diharapkan dapat menjadi arah dan strategi Gerakan Revolusi Pembangunan Pertanian.
DPP HA-IPB akan melakukan sosialisasi Cetak Biru ini ke publik, khususnya kepada seluruh pemangku kepentingan utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan serta agroindustri produk dan produk turunan pertanian,perikanan dan kehutanan.
"DPP-HA IPB juga akan membentuk Tim Penggerak, Tim Advokasi dan Tim Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Revolusi Pembangunan Pertanian dengan harapan Gerakan Revolusi Pembangunan Pertanian berjalan sesuai dengan konsep, Desain dan Strategi yang tertuang dalam Cetak Biru ini dan revisinya," kata dia.
Ia menambahkan, keenam pendekatan tersebut dilakukan secara terintegrasi dan bertahap selama proses industrilisasi pertanian berbasis kerakyatan agar transformasi perekonomian pertanian dari pertanian subsistem yang mengandalkan tenaga kerja murah dan produksi hutan mentah, sehingga produktivitas, kualitas, kosistensi dan nilai tambah serta daya saing rendah menjadi pertanian yang lebih mengandalkan skala usaha ekonomis, tenaga kerja terampil, teknologi, alat dan mesin pertanian, pengolahan dan pemasaran produk, sehingga produktivitas, kualitas, kosistensi, nilai tambah, dan daya saing tinggi pasar.
"Keenam pendekatan tersebut dilaksanakan dengan semangat dan nilai-nilai Indonesia Agri-incorporated," ucap Bambang.
Sumber: TRIBUNNEWS.COM 

- See more at: http://alumniipb.org/berita/detail/387#sthash.FJC8zpkg.f0Ejg5U2.dpuf