Kamis, 04 Desember 2014

DO YOU KNOW TALENT VOTING HOME ?


TALENT VOTING HOME
Banyak hal yang bisa membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Satu diantaranya adalah keahliannya untuk membuat rencana hidupnya. Makhluk lainnya menjalani hidupnya hanya berdasarkan nalurinya saja (instinc), sedangkan manusia tidak. Sedangkan perbedaan antar sesama manusia salah satunya adalah kualitas perencanaan hidupnya. Ada yang berjangka pendek, ada yang berjangka panjang. Ada yang sesaat tidak sesuai dengan visi jangka panjangnya (parsial) dan ada yang esensial, strategis dan seirama antara potensi yang dimiliki dengan stimulasi yang akan diikhtiarkan serta dengan visi yang memang sudah direncanakan sejak dini. Manajemen Lembaga Pendidikan Primagama melihat bahwa selama ini ada missinglink atau hubungan yang terputus antara pilihan dan proses pendidikan yang dijalani seseorang dengan pilihan, tuntutan dan tantangan karier untuk masa depannya. Sehingga tidak jarang terjadi banyak siswa yang sukses dari aspek akademis tetapi gagal di dunia kerja, bahkan sekedar mendapatkan suatu pekerjaan saja sudah teramat sulit. Untuk itulah Primagama sebagai bimbingan belajar terbesar dan modern melahirkan suatu konsep perencanaan hidup yang selalu up to date dengan perkembangan zaman. Adapun garis besar perencanaan hidup itu adalah melalui penciptaan visi yang berbasis potensi. Sedangkan metode perencanaan hidup itu disebut sebagai Rumah DMI yang diberi nama “Talent Voting Home”. DMI adalah singkatan dari Dermatoglyphics Multiple Intelligence, suatu ilmu psikologi pendidikan yang melihat manusia sebagai insan yang memiliki kecerdasan majemuk (bukan kecerdasan tunggal) yang bisa diketahui melalui media pola sidik jari (biometri). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa “Talent Voting Home” adalah nama sebuah model perencanaan hidup melalui proses edukasi untuk meraih puncak prestasi (visi) yang berbasis pada potensi (bakat alami), sebagaimana bagan berikut dibawah ini.
Secara sederhana, bisa dijelaskan bahwa semua berasal dari tes bakat sidik jari. Apapun pilihan pendidikannya harus melalui tes bakat terlebih dahulu. Apapun pelatihannya tes bakat terlebih dahulu. Tidak ada orang sukses dimuka bumi ini yang tidak melalui proses pendidikan, pelatihan dan pengajaran. Persolannya adalah mana yang paling cocok dan sesuai, mana yang paling efektif dan efisien. Semua itu bisa dipertimbangkan bukan hanya berdasarkan keinginnannya saja (minatnya saja, terndnya saja) tetapi harus selaras dengan bakatnya. Dengan tes bakat, bisa membantu setiap orang untuk mengenali dirinya sendiri (potensinya sendiri). Ada tiga cara ilmu pengetahuan untuk menelusuri bakat seseorang, antara lain : penelusuran bakat melalui Eksplorasi, Observasi dan Deteksi. Ketiga cara tersebut bisa dilakukan secara bersamaan atau dilakukan secara bertahap. Pada cara Eksplorasi, maka setiap kita (setiap anak) akan mencoba (atau dicobakan) semua jenis pelatihan, semua jenis keinginan, semua jenis minat, semua jenis alat permainan, dan semua jenis stimulasi lainnya (pilihan pendidikan, pelatihan, pengajaran). Dari semua “percobaan” itu maka akan diketahui mana yang paling disukai, paling disenangi dan paling menghasilkan prestasi yang paling tinggi. Dan prestasi yang paling tinggi itulah yang sebagian kita menyebutnya sebagai bakat. Pada tahap Ekplorasi ini, membutuhkan banyak “instrumen”, banyak stimulasi, banyak waktu dan tentu banyak biaya. Bagi mereka yang memiliki banyak biaya, maka tahap eksplorasi ini tidak menjadi kendala (kecuali dari aspek waktu, yang memang tidak bisa dibarter dengan apapun juga). Pada tahap kedua, muncul penelusuran bakat melalui metode Observasi. Setiap anak dicermati, diteliti, dikaji, diberikan beberapa stimulasi, bisa berupa alat-alat permainan, bisa berupa wawancara, atau bisa juga melalui alat-alat tes psikologi yang disesuaikan dengan kelompok usianya. Kemudian muncul skor-skor angka dan rekomendasi. Dan biasanya pada cara ini akan ada catatan bahwa “hasil tes ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis pada saat anak dites, dan bisa berubah dikemudian hari”. Pada tahap ketiga, adalah penelusuran bakat melelaui Deteksi. Dengan deteksi ini, seseorang bisa diketahui bakatnya melalui teknologi komputer (biometri), tanpa wawancara, tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan tidak bisa dimanipulasi. Pada tahap sekarang ini, tahap deteksi ini menggunakan media “sidikjari” (fingerprint test), bukan “garis tangan” (palmistri). Teknologi selalu berkembang, diikhtiarkan untuk kemudahan dan peradaban kehidupan manusia. Tidak ada sendi kehidupan di zaman modern ini yang lepas dari pengaruh teknologi. Tingkat akurasi metode sidik jari ini mencapai angka 90 %. Nah, pertanyaan berikutnya adalah “setelah kita tes bakat lantas amau apa ?” Jawabnya sudah disediakan dalam bagan Rumah DMI tersebut diatas, yakni setelah tes bakat, maka akan diketahui potensi menonjol seseorang. Dari potensi menonjolnya itu (bakat utama, bakat unggulan, bakat kuat), maka langkah berikutnya adalah memilih kesesuain stimulasinya, apakah harus melalui jalur pendidikan, pelatihan atau pengajaran, atau bahkan kombinasi ketiganya.  Dengan demikian lebih jelas dan lebih fokus. Tugas berikutnya adalah pendampingan dan mencari lingkungan yang mendukung atas bakat utamanya tersebut. Maka puncak prestasi adalah sebuah konsekuensi atas suatu proses (pengenalan bakat yang diyakini, pemberian stimulasi yang fokus dan jeli serta pendampingan yang memadai). Semoga bermanfaat. Terimakasih.

 Tulisan ini dipersembahkan oleh :
Manajemen PT. DMI INDONESIA
(Under Lisence Brainy Lab. PTE. LTD. Singapore & Colaboration With Comcare Group Singapore)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar