Apakah Editorial itu?
Menurut Dianne Smith,MJE, editorial
merupakan ide-ide atau gagasan dari sebuah surat kabar mengenai sebuah isu. Ide
ini diwujudkan dalam bentuk opini yang biasanya masuk dalam halaman opini atau
editorial sebuah surat kabar.
Editorial ditulis oleh redaksi surat kabar yang
bersangkutan, maka dari itu gagasan atau ide dalam editorial ditentukan oleh
redaksi sendiri berdasarkan pengalaman dan penelitian. Tidak sembarangan
redaksi yang dapat menuliskan editorial ini. Biasanya terdapat dewan redaksi
yang kebanyakan terdiri dari para editor senior. Merekalah yang dianggap
berkompeten untuk menuliskan editorial. Namun dalam penulisannya nama-nama
penulis editorial ini tidak dicantumkan karena tulisan mewakili ide atau
gagasan dari surat kabar bukan dari penulis.
Salah satu strategi untuk menentukan topik dan menuliskan
editorial salah satunya dengan brainstorming. Setiap idividu yang
tergabung dalam dewan redaksi berdiskusi untuk menghasilkan ide-ide yang lebih
kreatif untuk dijadikan sebuah editorial. Dengan diskusi dan bertukar pikiran
diharapkan dapat membantu mendapatkan ide untuk penulisan sebuah editorial,
atau pendekatan apa yang akan digunakan saat membuat editorial.
Ide dapat datang dari kegiatan seseorang sehari-hari.
Interaksinya dengan orang lain, berbagai pengalaman yang dialami, dan hal-hal
apapun yang ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu ide untuk
editorial dapat berangkat dari isu internasional, isu nasional, isu sosial,
hal-hal mengenai negara, dan hal lain yang menarik di sekitar kita.
Surat kabar adalah suara masyarakat, dan editorial adalah
suara surat kabar. Untuk itu editorial dapat menginformasikan kepada pembaca,
untuk merangsang pemikiran, dan terkadang mampu menggerakkan pembaca untuk
bertindak.
Untuk menjadi layak cetak, sebuah editorial harus
berdasarkan pengamatan, pengalaman dan penelitian yang sangat hati-hati. Karena
reputasi surat kabar bergantung pada bahan-bahan yang digunakan untuk
menuliskan editorial. Secara umum terdapat empat langkah yang mengatur
editorial, yang pertama adalah menentukan subyek dan menentukan posisi kita
dalam satu subyek tersebut kemudian menjelaskannya dalam bentuk pendahuluan.
Berikutnya adalah mendiskusikan mengenai sudut pandang. Langkah ketiga adalah
membuktikan posisi kita dengan memberikan poin-poin yang mendukung. Dan yang
terakhir adalah menarik kesimpulan.
Berbeda surat kabar berbeda pula proses pembuatan
editorial di dalamnya. Faktanya, selain empat aturan di atas terdapat langkah
lain yang umum digunakan yang dikenal dengan SPECS (Situation,
Position, Evidence, Conclution, Solution). SPECS menggambarkan
urutan proses penyusunan editorial mulai dari menentukan masalah atau situasi,
menentukan posisi surat kabar, memberi bukti untuk mendukung posisi surat
kabar, menyatakan dan menolak posisi lain dalam kesimpulan, kemudian menawarkan
setidaknya dua solusi yang memungkinkan untuk situasi tersebut.
Terdapat beberapa tipe editorial, yang pertama adalah
editorial yang menjelaskan. Jenis editorial ini seperti sebuah essay yang
bersifat ekspositori. Tipe editorial ini berusaha menafsirkan mengenai sebuah
isu, bukan untuk berdebat mengenai sudut pandang. Ekspresi dalam sebuah opini
hanya berasal dari penafsiran kata. Editorial ini paling efektif untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi, memberikan penjelasan yang rinci mengenai
penyebab, dan menyoroti seberapa penting topik ini. Kedua, editorial yang
mengevaluasi. Tipe editorial ini berfokus pada tindakan atau situasi yang perlu
diperbaiki atau justru mendapatkan apresiasi. Evaluasi yang diberikan dapat
berupa kritik, namun tetap harus bersifat konstruktif. Memberikan sesuatu yang
positif terhadap apa yang kita kritik, jika tidak pembaca tidak akan
mempercayai apa yang kita tulis. Tidak hanya sekedar mengkritik, namun kita juga
harus menawarkan solusi alternatif atau tindakan pada sebuah permasalahan.
Sebaliknya jika kita ingin mengapresiasi, maka harus ada alasan yang logis
dibalik apresiasi kita. Ketiga adalah editorial yang persuasif. Pada umumnya,
editorial yang persuasif berusaha menawarkan solusi spesifik pada masalah yang
dirasakan. Editorial ini ditulis dengan harapan akan ada tindakan segera oleh
pembaca setelah memahami sebuah situasi. Sebuah editorial persuasif dapat
menjadi leaders membawa perubahan dalam penerapan kebijakan dalam
pemerintahan, atau situasi lain yang memerlukan perubahan. Jika terdapat
kontroversi dalam sebuah isu, maka editorial yang persuasif menawarkan
kesempatan untuk menunjukkan kompromi.
Seorang staf editorial surat kabar memiliki tanggung
jawab untuk memberikan ruang bagi pembaca. Agar pembaca mendapatkan kesempatan
untuk ambil bagian dalam permasalahan yang dibahas dalam editorial. Dalam ruang
bagi pembaca ini, ruang dialog tentang topik yang sudah cukup memprihatinkan
juga harus disediakan. Biasanya ruang bagi pembaca ini dapat berupa surat
kepada editor, dan dalam rubrik opini. Ketika ada pembaca yang mengirimkan
surat kepada editor dan menuliskan opini di halaman op-ed yang disediakan, ini
merupakan pertanda baik bagi surat kabar yang bersangkutan. Hal tersebut
menjadi bukti bahwa pembaca benar-benar membaca surat kabar, dan memanfaatkan
dengan baik ruang publik yang diberikan oleh surat kabar. Dengan adanya surat
kepada editor dan rubrik opini ini juga membuktikan bahwa editorial mampu menarik
minat pembaca untuk terlibat dan berpikir.
Sumber :
Ate, Andrew Asan.2008.Editorial Writing.National
Open University of Nigeria
Smith, Dianne.Editorial Writing:Compilation
Weintraut, Alan.Writing an Editorial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar