TALENT VOTING HOME
Banyak hal yang bisa membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Satu diantaranya adalah keahliannya untuk membuat rencana hidupnya.
Makhluk lainnya menjalani hidupnya hanya berdasarkan nalurinya saja (instinc),
sedangkan manusia tidak. Sedangkan perbedaan antar sesama manusia salah satunya
adalah kualitas perencanaan hidupnya. Ada yang berjangka pendek, ada yang
berjangka panjang. Ada yang sesaat tidak sesuai dengan visi jangka panjangnya
(parsial) dan ada yang esensial, strategis dan seirama antara potensi yang
dimiliki dengan stimulasi yang akan diikhtiarkan serta dengan visi yang memang
sudah direncanakan sejak dini. Manajemen Lembaga Pendidikan Primagama melihat
bahwa selama ini ada missinglink atau hubungan yang terputus antara pilihan dan
proses pendidikan yang dijalani seseorang dengan pilihan, tuntutan dan
tantangan karier untuk masa depannya. Sehingga tidak jarang terjadi banyak
siswa yang sukses dari aspek akademis tetapi gagal di dunia kerja, bahkan
sekedar mendapatkan suatu pekerjaan saja sudah teramat sulit. Untuk itulah
Primagama sebagai bimbingan belajar terbesar dan modern melahirkan suatu konsep
perencanaan hidup yang selalu up to date dengan perkembangan zaman. Adapun
garis besar perencanaan hidup itu adalah melalui penciptaan visi yang berbasis
potensi. Sedangkan metode perencanaan hidup itu disebut sebagai Rumah DMI yang
diberi nama “Talent Voting Home”. DMI adalah singkatan dari Dermatoglyphics
Multiple Intelligence, suatu ilmu psikologi pendidikan yang melihat manusia sebagai
insan yang memiliki kecerdasan majemuk (bukan kecerdasan tunggal) yang bisa
diketahui melalui media pola sidik jari (biometri). Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa “Talent Voting Home” adalah nama sebuah model perencanaan hidup
melalui proses edukasi untuk meraih puncak prestasi (visi) yang berbasis pada
potensi (bakat alami), sebagaimana bagan berikut dibawah ini.
Secara sederhana, bisa dijelaskan bahwa semua berasal
dari tes bakat sidik jari. Apapun pilihan pendidikannya harus melalui tes bakat
terlebih dahulu. Apapun pelatihannya tes bakat terlebih dahulu. Tidak ada orang
sukses dimuka bumi ini yang tidak melalui proses pendidikan, pelatihan dan
pengajaran. Persolannya adalah mana yang paling cocok dan sesuai, mana yang
paling efektif dan efisien. Semua itu bisa dipertimbangkan bukan hanya
berdasarkan keinginnannya saja (minatnya saja, terndnya saja) tetapi harus
selaras dengan bakatnya. Dengan tes bakat, bisa membantu setiap orang untuk
mengenali dirinya sendiri (potensinya sendiri). Ada tiga cara ilmu pengetahuan
untuk menelusuri bakat seseorang, antara lain : penelusuran bakat melalui
Eksplorasi, Observasi dan Deteksi. Ketiga cara tersebut bisa dilakukan secara
bersamaan atau dilakukan secara bertahap. Pada cara Eksplorasi, maka
setiap kita (setiap anak) akan mencoba (atau dicobakan) semua jenis pelatihan,
semua jenis keinginan, semua jenis minat, semua jenis alat permainan, dan semua
jenis stimulasi lainnya (pilihan pendidikan, pelatihan, pengajaran). Dari semua
“percobaan” itu maka akan diketahui mana yang paling disukai, paling disenangi
dan paling menghasilkan prestasi yang paling tinggi. Dan prestasi yang paling
tinggi itulah yang sebagian kita menyebutnya sebagai bakat. Pada tahap
Ekplorasi ini, membutuhkan banyak “instrumen”, banyak stimulasi, banyak waktu
dan tentu banyak biaya. Bagi mereka yang memiliki banyak biaya, maka tahap
eksplorasi ini tidak menjadi kendala (kecuali dari aspek waktu, yang memang
tidak bisa dibarter dengan apapun juga). Pada tahap kedua, muncul
penelusuran bakat melalui metode Observasi. Setiap anak dicermati,
diteliti, dikaji, diberikan beberapa stimulasi, bisa berupa alat-alat
permainan, bisa berupa wawancara, atau bisa juga melalui alat-alat tes
psikologi yang disesuaikan dengan kelompok usianya. Kemudian muncul skor-skor
angka dan rekomendasi. Dan biasanya pada cara ini akan ada catatan bahwa “hasil
tes ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis pada saat anak dites, dan
bisa berubah dikemudian hari”. Pada tahap ketiga, adalah penelusuran bakat
melelaui Deteksi. Dengan deteksi ini, seseorang bisa diketahui bakatnya melalui
teknologi komputer (biometri), tanpa wawancara, tanpa menjawab
pertanyaan-pertanyaan, dan tidak bisa dimanipulasi. Pada tahap sekarang ini,
tahap deteksi ini menggunakan media “sidikjari” (fingerprint test), bukan
“garis tangan” (palmistri). Teknologi selalu berkembang, diikhtiarkan untuk
kemudahan dan peradaban kehidupan manusia. Tidak ada sendi kehidupan di zaman
modern ini yang lepas dari pengaruh teknologi. Tingkat akurasi metode sidik
jari ini mencapai angka 90 %. Nah, pertanyaan berikutnya adalah “setelah kita
tes bakat lantas amau apa ?” Jawabnya sudah disediakan dalam bagan Rumah DMI
tersebut diatas, yakni setelah tes bakat, maka akan diketahui potensi menonjol
seseorang. Dari potensi menonjolnya itu (bakat utama, bakat unggulan, bakat
kuat), maka langkah berikutnya adalah memilih kesesuain stimulasinya, apakah
harus melalui jalur pendidikan, pelatihan atau pengajaran, atau bahkan
kombinasi ketiganya. Dengan demikian lebih jelas dan lebih fokus. Tugas
berikutnya adalah pendampingan dan mencari lingkungan yang mendukung atas bakat
utamanya tersebut. Maka puncak prestasi adalah sebuah konsekuensi atas suatu
proses (pengenalan bakat yang diyakini, pemberian stimulasi yang fokus dan jeli
serta pendampingan yang memadai). Semoga bermanfaat. Terimakasih.
Tulisan ini dipersembahkan oleh :
Manajemen PT. DMI INDONESIA
(Under Lisence Brainy Lab. PTE. LTD. Singapore &
Colaboration With Comcare Group Singapore)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar