Kisah Sukses-4 : Aa Gym ... Berbisnis dengan Akhlak
“Kalau kita
mau sukses, kunci pertama adalah jujur, dengan bermodalkan kejujuran, orang
akan percaya kepada kita. Kedua, professional. Kita harus cakap sehingga
siapapun yang memerlukan kita merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketiga,
inovatif, artinya kita harus mampu menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya
menjiplak atau meniru yang sudah ada.”
K.H. Abdullah
Gymnastiar.
Sosok kyai muda
ini sering kali muncul di acara televisi secara langsung yang selalu dihadiri
oleh ribuan massa menjadi ciri khas dan fenomena tersendiri. Beliau adalah K.H.
Abdullah Gymnastiar atau biasa dipanggil Aa Gym, pimpinan pesantren Daarut
Tauhid Bandung. Aa Gym memulai pendidikan formal awal di SD Damar sebuah SD
swasta yang kini sudah dibubarkan. Sekolah ini cukup jauh dari rumahnya,
sekitar tiga kilometer. Masa itu, pilihan satu-satunya ke sekolah adalah
berjalan kaki.
Menjelang naik ke
kelas 3 SD, pindah ke KPAD Gegerkalong. Aa Gym pun pindah sekolah ke SD
Sukarasa 3. Bakat saya mulai berkembang dan nilai prestasi sekolah pun cukup
bagus. Terbukti ketika tamat, beliau terpilih menjadi ranking terbaik II di
sekolah dengan selisih satu nilai saja dibandingkan ranking I. Di bidang seni,
bakat beliau juga berkembang, seperti menggambar dan menyanyi. Sejak itu pula
Aa Gym sering ditunjuk menjadi ketua kelas dan aktif dalam gerakan Pramuka.
Jiwa dagang Aa Gym sudah terbentuk sejak TK, terbawa-bawa hingga di Sekolah
Dasar. Misalnya, beliau pernah menjual petasan yang memang pada waktu itu belum
dilarang seperti sekarang. Alhasil, beliau pernah mendapat teguran dan pengurus
DKM masjid. Namun, pada waktu itu beliau belum begitu mengerti ilmu agama
dengan baik.
Setelah lulus SMA
dan memasuki kuliah Aa Gym tidak lulus tes Sipenmaru. Aa Gym mencoba daftar ke
Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Universitas Padjadjaran, yaitu
sebuah program D3 di Fakultas Ekonomi. Alhamdulillah beliau diterima. Namun,
kuliah di sini hanya bertahan selama tahun. Beliau lebih sibuk berbisnis
daripada mengikuti kuliah. Teman-teman kuliah pun lebih mengenal beliau sebagai
“tukang dagang”. Selepas PAAP, beliau masuk ke Akademi Tekhnik Jenderal Abmad
Yani (ATA, sekarang Unjani). Kampusnya waktu itu sangat sederhana karena
menumpang di SD Widyawan atau kadang di PUSDIKJAS. Maklum, karena pemiliknya
adalah Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat. Selama kuliah di ATA, beliau
mengontrak sebuah kamar di pinggir sawah karena benar-benar ingin melatih hidup
mandiri. Soal prestasi, banyak yang telah diraih.
Beliau mengikuti
lomba menggambar, mencipta lagu, baca puisi, sampai lomba pidato.
Allhamdulillah, beliau selalu meraih juara, walaupun yang mengadakannya adalah
senat mahasiswa dan kebetulan beliau sendirilah ketuanya. Selain menjadi ketua
senat, beliau juga menjadi komandan resimen mahasiswa (Mlenwa) di ATA,
maklumlah saingan di kala itu sedikit. Kegiatan berbisnis masa kuliah juga
semakin menggebu. Beliau pernah membuat usaha keset dan perca kain. Beliau juga
jadi penjual baterai dan film kamera kalau ada acara wisuda. Aa Gym juga sempat
menjadi supir angkot jurusan Cibeber-Cimahi sekedar menambah pemasukan. Inti
dari semua ini, memang Aa Gym sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri
tanpa menjadi beban siapa pun. Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak
dibelenggu oleh gengsi dan atribut pengekang lainnya.
Aa Gym telah
menyelesaikan program sarjana muda di ATA walaupun belum mengikuti ujian
negara. Berarti, beliau memang tak berhak menyandang gelar apa pun. Bahkan,
sampai saat ini ijazahnya pun belum beliau ambil dari kampus. Memang sesudah
itu ada upaya untuk melanjutkan kuliah sampai S1, terutama karena dorongan
teman-teman dan beberapa dosen yang baik hati. Beberapa kegiatan perkuliahan
pun diikuti. Akan tetapi, setelah menelusuri hati, ternyata hanya sekedar untuk
mencari status belaka, dan hal itu tak cukup kuat untuk memotivasi
menyelesaikan kuliah. Mungkin hikmahnya untuk memotivasi orang yang belum dan
tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses.
Untuk
menyempurnakan ibadah dan melaksanakan sunnah, Aa Gym pun menikah. Tepat dua
belas Rabiul Awal tahun 1987 adalah salah satu titik sejarah bagi kehidupan
beliau dengan diucapkannya ijab kabul. Gadis yang menjadi pilihan beliau adalah
Ninih Muthmainnah. Pernikahan yang dilaksanakan di Pesantren Kalangsari,
Cijulang, ini dihadiri oleh banyak ulama karena memang berada di lingkungan
pesantren. Beliau menikah dengan resepsi ala kadarnya. Bahkan, untuk menghemat
jamuan bagi tamu, digunakan niru (nampan) sehingga satu niru bisa menjamu 8
orang. Sesudah menikah, kami tinggal di rumah orang tua di Kompleks Perumahan
Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung. Aa Gym bertekad untuk memberi
nafkah kepada keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya. Jelas tak mungkin
rumah tangga akan berkah dan bahagia jika ada makanan atau harta haram yang
dimiliki. Untuk itu, beliau mulai merintis usaha kecil-kecilan. Usaha-usaha
yang beliau rintis antara lain :
1. Buku. Setiap
pagi beliau berjualan buku di Masjid al-Furqon, IMP Bandung. Sambil belajar
tafsir dan ilmu hadits di sana, beliau memikul kardus berisi buku-buku agama
untuk dijual. Jadi, sambil menuntut ilmu juga mencari rezeki. Alhamdulillah,
usaha kecil inilah yang menjadi cikal bakal toko buku dan sekarang berkembang
menjadi supermarket yang saat ini sudah dikelola dan diserahkan kepada Koperasi
Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut Tauhid.
2. Handicraft.
Sambil mengajar di madrasah KPAD, beliau membuat hasil kerajinan bersama
anak-anak pada sore harinya. Usaha ini terus berkembang hingga bisa membeli
mesin gergaji. Sejak itu kami banyak menerima order plang nama serta order
sablonan. Dari usaha sederhana inilah kemudian berkembang menjadi usaha
percetakan dan penerbitan buku. Subhanallah, benar-benar semuanya dimulai dari
hal yang kecil.
3. Konveksi.
Mengingat istri beliau punya keterampilan menjahit, maka untuk menambah
penghasilan keluarga, beliau menabung agar bisa membeli mesin jahit bekas.
Alhamdulillah, order jahitan berkembang dan bisa mengajak beberapa muslimah
untuk ikut bergabung. Kadang seminggu sekali kami berbelanja untuk membeli kain
yang dijual kiloan.. Dari kegiatan dan perjuangan inilah cikal bakal lahirnya
usaha konveksi.
4. Mie Baso. Menjual mie baso, inilah pekerjaan yang paling
mengesankan. Beliau mengelola usaha warung baso kecil-kedilan di Perumnas
Sarijadi, bekerja sama dengan pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul empat
subuh beliau sudah pergi ke Pasar Sederhana untuk mencari tulang karena kuah
yang enak harus dicampur dengan sumsum tulang. Aktivitas berikutnya dilanjutkan
dengan menggiling daging untuk bahan baso, dan pukul sembilan pagi beliau baru
bisa melayani pembeli. Karena beliau tak mau ketinggalan shalat berjamaah,
setiap kali adzan, warung baso beliau tinggalkan. Beliau pergi shalat berjamaah
di sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung, sementara pembeli beliau
tinggalkan dan dipersilahkan memasukkan uang bayarannya ke tempatnya. Memang
tampaknya seperti mengajak pada kejujuran, tapi hasilnya pembeli banyak yang
bingung justru yang sering datang adalah yang mau berkonsultasi. Akibatnya, tak
jarang saya baru bisa pulang ke rumah sekitar jam sembilan malam. Lelah sekali
rasanya sementara hasilnya pun tak seberapa. Rupanya masyarakat tak terbiasa
dengan cara baru ini. Belum lagi badan yang selalu bau baso karena seharian
bergulat dengan baso. Yang menyedihkan, ternyata istri agak mual dan kurang
suka mencium bau baso. Akhirnya, tutuplah warung baso ini dengan segudang
pengalamannya.
Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati sangat
dipengaruhi oleh masa kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu
dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak yang tidak
berdaya. Oleh karena itu, bagi yang masih muda jangan bercita-cita melamar
pekerjaan, tapi berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Dan bagi orang tua, tanamkan kepada anak-anak kita
jiwa wirausaha sejak dini. Didik anak-anak agar mandiri sejak kecil. Latih
anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan.
Orang tua yang memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan segala
keinginannya maka akibatnya akan kembali juga kepada orang tua. Beliau pun
sempat berjualan semenjak di bangku TK dengan menjual jambu tetangga. Begitu
juga ketika di bangku SD dan SMP. Dengan demikian, ketika selesai kuliah, sudah
hafal bagaimana cara “bangkrut efektif”, bagaimana “tertipu optimal”, dan
bagaimana usaha bisa remuk.
Selesai kuliah,
ijazah tidak diambil sehingga sampai sekarang saya tidak tahu ijazah saya
seperti apa. Namun, dengan izin Allah tidak kurang rezeki sampai sekarang.
Mencoba mengurus pesantren dengan jiwa wirausaha jadilah pesantren Daarut
Tauhid seperti sekarang ini. Hal ini benar-benar membuat sebuah keyakinan bahwa
jikalau jiwa kewirausahaan tertanam sejak awal pada diri kita, kita tidak akan
pernah takut dengan apa pun. Karena itu, kalau saja bangsa ini dikelola oleh
orang-orang yang berjiwa wirausaha, tidak ada satu pun yang perlu kita takuti
dan krisis ini. Hal yang paling tak enak didengar beliau adalah kalau ada yang
bertanya, “Berapa sih tarifnya kalau manggil Aa Gym ceramah?” Duh, rasanya
sedih sekali dengan pertanyaan seperti itu. Alhamdulillah, bagi beliau berdakwah
adalah panggilan kewajiban atas amanah ilmu yang ada.
Bisa menyampaikan
ilmu saja sudah merupakan rezeki yang luar biasa. Kalaupun ada yang berterima
kasih, itu karunia Allah yang tak diharapkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat
bagi banyak pihak. Itulah sebabnya beliau berusaha sekuat tenaga agar memiliki
penghasilan sendiri. Apalagi sesudah regenerasi di Yayasan Daarut Tauhid
sehingga beliau lebih leluasa dan sungguh-sungguh untuk membangun MQ
Corporation, usaha pribadi yang beliau harapkan menjadi sumber rezeki yang
halal serta mencukupi untuk keluarga dan biaya dakwah, sehingga dapat
menghindari fitnah dan tak menjadi beban bagi umat. Selain itu juga bisa
membuktikan bahwa bisnis berbasis moral sangat memungkinkan untuk maju,
bermutu, dan bermanfaat banyak. Hal ini juga menjadi laboratorium saya untuk
berlatih mengelola bisnis yang profesional sebagai bahan untuk berdakwah dan
tentunya juga membuat lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya
para tetangga, kaum dhuafa, dan orang-orang cacat. Bagi beliau usaha yang
ditekuni adalah sarana bagi teman-teman yang memiliki rezeki berlebih dan ingin
usaha yang halal dan maslahat, untuk bergabung dalam sistem bagi hasil.
Oleh karena itu,
dar setiap keuntungan, selain disisihkan untuk zakatnya juga dikeluarkan biaya
pendidikan bagi saudara kita yang dhuafa agar bisa maju bersama-sama.
Alhamdulillah dengan didukung oleh tim yang berakhlak baik, konflik menjadi
minimal dan kebocoran pun nyaris nihil. Bahkan, sesudah kemampuan pengelolanya
dikembangkan, kinerja perusahaan kian baik dan professional. Dulu beliau
berpikir pas-pasan, yaitu pas butuh ada. Tapi kini beliau berpikir sebaliknya.
Beliau ingin menjadi orang kaya yang melimpah rezekinya serta halal dan berkah.
Mudah-mudahan menjadi contoh bagi orang yang mau kaya dengan tetap taat kepada
Allah. Dan juga supaya orang tak memandang sebelah mata karena menganggap kita
butuh terhadap kekayaan mereka. Di samping itu juga diharapkan bisa sedikitnya
memberi contoh bagaimana memanfaatkan kekayaan di jalan Allah. Semoga
terpelihara dari fitnah dunia karena memang luas dunia ini amat menggoda dan
melalaikan.
Kebanyakan orang
selalu meributkan modal berupa finansial, padahal menurut beliau modal itu
adalah: Pertama, keyakinan kepada janji dan jaminan Allah. Kedua, kegigihan
meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi orang yang
terpercaya (kredibel). Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan terpercaya,
selalu berusaha melakukan yang terbaik dan memuaskan, serta selalu berusaha
mengembangkan ilmu, pengalaman, wawasan, sehingga bisa tampil kreatif,
inovatif dan solutif. Percayalah bahwa sebelum kita lahir, rezeki sudah lengkap
disiapkan oleh Allah Yang Mahakaya. Kita hanya disuruh menjemputnya, bukan
mencarinya. Yang harus diperoleh justru keberkahan dari jatah kita. Dan semua
itu akan datang kalau kita bekerja di jalan yang diridhoi oleh Allah Swt.
Adapun keuntungan bukan hanya berupa uang, harta, kedudukan, atau aksesoris
duniawi lainnya. Bagi beliau, keuntungan itu adalah ketika bisnis yang
dilakukan ada di jalan Allah, bisnis kita jadi amal shaleh yang disukai Allah,
dan menjadi jalan mendekat kepada-Nya. Nama baik kita terjaga, bahkan menjadi
personal guarantie. Dengan bisnis kita bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan,
dengan bisnis bertambahnya saudara dan tersambungnya silaturahmi, dan dengan
bisnis kita semakin banyak orang yang merasa beruntung.
Jadi, walaupun
keuntungan finansial tak seberapa didapat atau bahkan tak mendapatkannya,
apabila keuntungan seperti di atas sudah didapatkan, beliau tetap merasa sangat
beruntung. Beliau yakin pada saatnya Allah akan memberikan keuntungan dunia
yang sesuai dengan waktu dan jumlahnya dengan kadar kebutuhan dan kekuatan iman
beliau.
Berbisnis bagi Aa
Gym bukan sekedar urusan duniawi. Jika bisnis dijalankan dengan cara yang salah
hanya akan melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. Sebaliknya bisnis yang
dijalankan dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali
pahalanya, karena dengan mengokohkan harga diri bangsa. Seperti disampaikan
beliau dalam sebuah kesempatan, bahwa perekonomian yang kuat akan berimbas pada
tingkat kesehatan yang baik, sehingga akan meningkatkan kemampuan untuk
berkarya dengan mengakses ilmu lebih banyak, hingga melahirkan sebuah bangsa
yang cerdas.
Visi Aa Gym dalam
membantu Pesantren Daarut Tauhid sekaligus dengan beragam kegiatan bisnisnya,
tidak lepas dari konsep dasar pendidikan di pesantren ini menyatukan antara
dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar. Dimensi dzikir ini sangat
menekankan pada keikhlasan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Hal ini merupakan
sisi penyeimbang hidup, dimana kita dituntut untuk senantiasa menyempatkan
waktu, untuk berkontemplasi dan menjadikan setiap detik kehidupan kita
bergantung kepada Tuhan. Dimensi fikir menegaskan pentingnya rasionalitas dalam
setiap tindakan kesehatian kita, sehingga setiap langkah merupakan bagian dari
perencanaan yang matang. Sementara dimensi ikhtiar menunjukkan
pentingnya etos kerja, melalui hidup penuh kesungguhnya dan kerja keras tanpa
kenal putus asa. Ketika dimensi tersebut jika dilakukan secara sinergis akan
melahirkan pribadi yang unggul dan tangguh dengan tetap dilandasi oleh nilai
kearifan.
Kunci kesuksesan
Aa Gym dalam menjalankan roda bisnis di pesantrennya, hingga telah berkembang
menjadi 24 bidang usaha dalam 12 tahun, terletak pada pembangunan kredibilitas
para pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama yaitu, nilai kejujuran,
kecakapan (profesionalisme), dan inovatif. Nilai kejujuran yang diajarkan meliputi
ketepatan dalam menepati janji, manajemen waktu, memiliki fakta dan data yang
jelas, terbuka, kemampuan mengevaluasi, rasa tanggung jawab dan pantang putus
asa.
Kecakapan dalam
berbisnis ini selain diperlukan pendidikan yang penting juga adalah pelatihan
nyata. Seperti ditulis oleh Syafi’i Antonio dalam artikelnya yang menceritakan
tentang riwayat Rasulullah yang telah mendapat pendidikan entrepreneurship sejak
usia 12 tahun, ketika bersama pamannya Abu Thalib melakukan perjalanan bisnis.
Pada usia 17 tahun Beliau telah diberi tanggung jawab untuk mengurus seluruh
bisnis pamannya, dan mulai merasakan persaingan dengan para pedagang yang lebih
professional. Menginjak usia 25 tahun Beliau mendapatkan dukungan finansial
dari konglomerat setempat Siti Khadijah yang kemudian menjadi istri Beliau.
Nilai yang ketika
yang dikembangkan Daarut Tauhid yang juga dikenal dengan bengkel akhlak ini
adalah inovatif. Beberapa aspek pendidikannya antara lain melatih jiwa progressive,
dengan menjadikan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai kewajiban
massal, mengadakan studi banding, melakukan pelatihan-pelatihan dan senantiasa
memberikan rangsangan untuk melahirkan sikap kreatif dan inovatif.
Ketiga nilai
tersebut telah dilakukan secara integral di Daarut Tauhid. Bisnis bagi Aa Gym
akan terasa hambar jika nilai-nilai moral dikesampingkan, hanya akan menjadi
materi sebagai dewa yang dikejar dan diagung-agungkan, dan akhirnya akan
melahirkan jiwa-jiwa Brutus di setiap pelaku bisnis.
Aspek-aspek modal
dalam bisnis sebetulnya telah diajarkan oleh Rasul jauh 15 abad yang lalu,
lewat sifat-sifat kerasulan yang dimiliki Beliau yaitu sidiq (benar),
amanah (terpercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (komunikasi).
Nilai-nilai moral ini bersifat general truth, melintasi batas
waktu, agama dan budaya. Jika disinergikan dengan strategi bisnis yang tepat
akan mampu membangun kepercayaan konsumen yang kuat. Kepercayaan konsumen ini
merupakan aset yang tidak ternilai.
Kepemimpinan yang berkembang umum di kalangan pesantren pada
umumnya masih tradisional, kyai sentries, komando tunggal, dan iklim demokrasi
kurang berkembang sehingga
seringkali timbul blind faith di kalangan santri. Fungsi manajemen yang dijalankan pun kurang
mendapat sentuhan bahkan cenderung diabaikan. Pola kepemimpinan Darut Tauhid
tidak lagi menempatkan figur sebagai sentral. Aa Gym sebagai pemimpin pesantren
hadir hanya karena nilai khusus yang dimilikinya. Meminjam istilah Max Webber,
pola kepemimpinan yang lahir seperti ini karena otoritas karismatik.
Kepemimpinan di Daarut Tauhid telah menerapkan system pendelegasian kerja,
sebagai pengalihan wewenang formal manajer kepada bawahannya.
Pemimpin
diajarkan untuk memiliki sikap rendah hati dan mau melayani, seperti pernah
dikemukakan oleh A.M. Mangunhardjana SJ. Bahwa pada intinya pemimpin
adalah tugas pengabdian
mereka menjalankan the golden rule of leadership yaitu knows the way,
shows the way and goes the way. Dari sisi manajemen Daarut Tauhiid telah menerapkan system lebih dari hanya
sekedar menerapkan sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen modern.
Dimana sistem manajemen yang berkembang saat ini tidak menjadikan manusia hanya
objek pelaku agar materi dan kapital semakin produktif, tapi juga telah
melahirkan aspek-aspek spiritual dan emosi dalam pemikiran manusia. Covey
sendiri dalam hal ini telah melakukan terobosan baru dengan mengemukakan
gagasannya tentang manajemen berbasis kepentingan yang kental dengan nuansa
religius.
Daarut Tauhid
sendiri menerapkan inti manajemen dan kepemimpinan sekaligus dalam konsep
Manajemen Qolbu (MQ) yang ditawarkannya. Dalam MQ hati adalah fakultas utama
dalam diri manusia yang sangat menentukan kualitas manusia itu sendiri, jika
dimanajemeni dan dipimpin dengan benar akan melahirkan manusia paripurna dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
HIKMAH
Dari kisah diatas
bisa kita ambil kesimpulan bahwa menurut Aa Gym ”kalau kita mau sukses, kunci
pertama adalah jujur, dengan bermodalkan kejujuran, orang akan percaya kepada
kita. Kedua, professional. Kita harus cakap sehingga siapapun yang memerlukan
kita merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketiga, inovatif, artinya kita
harus mampu menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya menjiplak atau meniru
yang sudah ada.”Aa Gym sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri tanpa
menjadi beban siapa pun. Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak
dibelenggu oleh gengsi dan atribut pengekang lainnya. modal menurutnya adalah: Pertama,
keyakinan kepada janji dan jaminan Allah. Kedua, kegigihan meluruskan
niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi orang yang terpercaya
(kredibel). Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan terpercaya, selalu
berusaha melakukan yang terbaik dan memuaskan, serta selalu berusaha mengembangkan
ilmu, pengalaman, wawasan, sehingga bisa tampil kreatif, inovatif dan solutif.
Keuntungan
menurut dia adalah ketika bisnis yang dilakukan ada di jalan Allah, bisnis kita
jadi amal shaleh yang disukai Allah, dan menjadi jalan mendekat kepada-Nya.
Nama baik kita terjaga, bahkan menjadi personal guarantie. Dengan bisnis kita
bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan, dengan bisnis bertambahnya saudara dan
tersambungnya silaturahmi, dan dengan bisnis kita semakin banyak orang yang
merasa beruntung. Jika bisnis dijalankan dengan cara yang salah hanya akan
melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. Sebaliknya bisnis yang dijalankan
dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali pahalanya,
karena dengan mengokohkan harga diri bangsa. Seperti disampaikan beliau dalam
sebuah kesempatan, bahwa perekonomian yang kuat akan berimbas pada tingkat
kesehatan yang baik, sehingga akan meningkatkan kemampuan untuk berkarya dengan
mengakses ilmu lebih banyak, hingga melahirkan sebuah bangsa yang cerdas.
Dengan beragam kegiatan bisnisnya, tidak lepas dari konsep dasar menyatukan
antara dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar