Kisah Sukses-4 : Fadel Muhammad : Strategi Yang Baik
Mampu Menciptakan Pasar Bisnis
Modal Fadel dalam
berusaha adalah haqqul yakin, keyakinan kuat. Tantangan itu bukan hambatan,
kalau dihadapi dengan ulet dan tekun, serta kerja keras, tidak ada masalah.
Selalu ada problem solving. Salah satu yang paling tidak disukai Fadel adalah,
bila ada temannya yang tidak mau berusaha mencari jalan keluar dari persoalan
yang dihadapinya sendiri atau problem yang dihadapi bersama. “Allah tidak akan
mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak berusaha merubahnya,”
(Fadel Muhammad).
Fadel selalu
berfikir, kalau orang lain bisa kenapa kita tidak. Ia memang punya watak selalu
ingin maju. Sebagai contoh, ketika Bukaka membuat mesin asphalt sprayer
(aspal semprot). Percobaan-percobaan di bengkel Bukaka itu selalu gagal. Hasil
yang keluar dari mesin adalah bubur, bukan aspal. Fadel penasaran. Mesin yang
dikerjakan berhari-hari itu dibongkar. Lalu ketahuan bahwa komponen magnet dan
motornya nggak jalan. Begitu komponennya diganti, bagus hasilnya. Bagi Fadel
dkk, selama masih bisa dicoba nggak ada kata menyerah.
Fadel berprinsip “Man jadda wa jadda” siapa yang berusaha
akan berhasil juga akhirnya. Tetapi semua itu ada batasnya. Kalau semua cara
sudah dicoba, masih mentok juga, apa boleh buat, tidak perlu kecewa, Tawakal
kepada Allah SWT, ujar Fadel yang menunaikan hajinya tahun 1989.
Keberhasilan seseorang menurut Fadel, disamping kerja keras
dan terus menerus, sangat tergantung pada, pertama, kemampuan diri
sendiri. Kedua, kesempatan untuk mengembangkan diri. Ketiga,
strategi untuk mencapai keberhasilan.
Menurut Fadel,
setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pengusaha. Yang penting, asal mau
berusaha mengasah potensi itu. Tetapi tidak setiap orang berpotensi,
mendapatkan kesempatan mengembangkan potensinya. Untuk mendapatkan kesempatan ini, jelas dibutuhkan strategi yang
tepat. Strategi inilah yang akan menentukan, apakah seseorang akan menjadi
‘risk taker’ (pengambil risiko), atau ‘risk orderer’ (pengatur risiko).
Perbedaan yang
tajam antara kedua tipe pengusaha ini adalah: Seorang risk – taker cenderung
untuk berspekulasi. Tanpa memperhitungkan secara cermat, ia mencoba setiap
kemungkingan. Seorang risk-orderer akan memperhitungkan risiko terkecil
sekalipun, terhadap rencana-rencananya. Sesuai dengan prinsip dasar ekonomi.
Menurut Fadel
kesuksesan seseorang tergantung pada kemauannya yang kuat, rasa percaya diri
yang tinggi, dan kemampuannya menghitung risiko. Kemauan akan mendorong
kegigihan untuk berusaha. Hal ini mempengaruhi dan dipengaruhi oleh empat hal
yaitu, Pertama, Orang tua, terutama ibu sebagai pendidik masa awal. Kedua,
pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan agama. Ketiga, lingkungan,
dan keberuntungan atas kemampuan membaca kesempatan, Keempat
Rasa percaya diri
menurut Fadel, dipengaruhi oleh diberikannya kesempatan untuk maju, sehingga
menyadari potensi diri yang sebenarnya. Sedangkan kemampuan menghitung
risiko dipengaruhi oleh:
a. Tingkat kesabaran usaha yang tinggi
b. Perenungan yang mendalam, sehingga ide itu dapat
mengkristal dalam pikiran. Jangan cepat bosanlah.
Syarat-syarat di
atas merupakan persiapan mental seorang pengusaha pemula untuk mencapai
kematangan. Untuk itu harus ada tiga fase yang dilalui yaitu:
1. Fase New
Venture (awal) – Tingkatan penemuan ide dan pelaksanaan ide itu sendiri.
2. Fase Puberty – Masa pencarian identitas usaha yang mampan
3. Fase Mature (propesional) – Sudah matang dan mampu mendatangkan keuntungan.
Tingkatan-tingkatan tersebut harus dilalui secara berurutan.
Tidak boleh melompat-lompat. Falsafah utamanya adalah: “Jangan dulu memperbesar
usaha, sebelum dasar usaha –
yang menjadi tulang punggung perusahaan – diperkuat. Maka jangan heran kalau pabrik Bukaka sampai
sekarang tidak nampak mentereng. Sebab yang dipentingkan adalah kekuatan pabrik
itu sendiri, baik peralatannya yang lengkap maupun sumber daya manusianya,”
tutur Fadel.
Kini, Fadel telah
mencapai sukses. Ia mampu menafkahi ibu dan saudara-saudaranya, setelah ayahnya meninggal tahun 1988. ia pun
sudah memiliki keluarga yang sejahtera. Apalagi yang ia cita-citakan? “Saya
ingin mempekerjakan lebih banyak orang. Ingin membagi keberhasilan ini
kepada orang lain. Disamping itu, saya ingin agar “Today is better than
yesterday” hari ini lebih baik dari hari kemarin,” ujarnya.
Fadel memang punya nilai di mata bangsa kita. Dengan modal
rasa percaya diri yang kuat plus semangat yang keras, Fadel menjadi salah
seorang Putra Indonesia yang mampu menjadi kebanggaan bangsanya.
HIKMAH
Dari kisah diatas
bisa kita ambil suatu yang bermanfaat dari kisah mereka, modal yang harus kita miliki adalah haqqul yakin,
keyakinan kuat. Kita harus melihat bahwa tantangan itu bukan hambatan, kalau
dihadapi dengan ulet dan tekun, serta kerja keras, tidak ada masalah. Keberhasilan
seseorang menurut Fadel, disamping kerja keras dan terus-menerus, sangat
tergantung pada, pertama, kemampuan diri sendiri. Kedua, kesempatan untuk mengembangkan diri. Ketiga, strategi untuk
mencapai keberhasilan. Untuk mendapatkan kesempatan ini, jelas dibutuhkan
strategi yang tepat. Strategi inilah yang akan menentukan, apakah seseorang
akan menjadi ‘risk taker’ (pengambil risiko), atau ‘risk orderer’ (pengatur
risiko). Kita lihat juga bahwa kesuksesan seseorang Menurut Fadel tergantung
pada kemauannya yang kuat, rasa percaya diri yang tinggi, dan kemampuannya
menghitung risiko. Kemauan akan mendorong kegigihan untuk berusaha. Sedangkan
kemampuan menghitung risiko dipengaruhi oleh: Tingkat kesabaran usaha yang
tinggi, Perenungan yang mendalam, sehingga ide itu dapat mengkristal dalam
pikiran dan jangan cepat bosan. Dalam usaha jangan terlebih dahulu
memperbesar usaha, sebelum dasar usaha yang menjadi tulang punggung perusahaan
diperkuat. Yang dipentingkan adalah
kekuatan pabrik itu sendiri, baik peralatannya yang lengkap maupun sumber daya
manusianya, agar kekuatan dari perusahaan itu kuat dan tetap bertahan dan
bahkan bisa berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar