Pelaksanaan Program Remedial
Program Remedial (perbaikan)
dimaksudkan adalah untuk memberikan bantuan pertolongan khusus kepada siswa
yang belum mencapai tingkat ketuntasan penguasaan pada Ulangan Harian atau
Ulangan Blok bahkan ulangan akhir semester yang ditempuh pertama kali.
Maksudnya siswa tersebut belum mencapai angka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan Program Remedial, yaitu: tingkat kesulitan yang
dihadapi siswa, jumlah siswa dan tempat, cara pelaksanaan, materi dan waktu
pelaksanaan, metode dan media serta ringkasan Program Remedial .
a. Tingkat kesulitan yang dihadapi siswa
Secara umum tingkat kesulitan belajar
yang dialami siswa dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: tingkat
kesulitan ringan, tingkat kesulitan sedang, dan tingkat kesulitan berat.
1. Tingkat kesulitan ringan
Siswa yang mengalami kesulitan pada tingkat ringan biasanya hanya disebabkan oleh karena kurangnya perhatian siswa pada saat diberikan penjelasan guru. Contoh, ketika guru sedang memberikan penjelasan mengenai suatu konsep, siswa yang bersangkutan sedang berbicara sendiri dengan temannya. Oleh karena itu, bagi siswa yang mengalami kesulitan pada tingkatan ringan, langkah pemecahannya tidak terlalu rumit. Misalnya cukup dengan diterangkan kembali secara sederhana konsep yang kurang dimengerti tersebut.
2. Tingkat kesulitan sedang
Siswa yang mengalami kesulitan pada tingkat sedang biasanya disebabkan oleh masalah serius. Contoh, karena kurangnya perhatian siswa pada mata pelajaran tertentu gara-gara sedang menghadapi masalah keluarga, murung atau kurang konsentrasi. Untuk siswa yang mengalami kesulitan pada tingkatan sedang ini, mungkin tidak cukup hanya diselesaikan oleh guru mata pelajaran, namun mungkin perlu adanya pendekatan khusus yang melibatkan guru BK (Bimbingan Konseling) atau pihak-pihak terkait lainnya.
3. Tingkat kesulitan berat
Siswa yang tergolong mengalami kesulitan pada tingkat berat misalnya jika ada siswa yang terkena musibah atau kecelakaan, sehingga menyebabkan siswa mengalami gegar otak atau cacat fisik. Penanganan siswa yang mengalami kesulitan berat ini harus sangat hati-hati dan dilakukan secara terus menerus oleh berbagai komponen terkait, seperti guru mata pelajaran, BK, wali kelas, atau personil tertentu, agar rasa percaya dirinya dapat dipulihkan kembali.
b. Jumlah siswa dan tempat
Adapun tempat untuk pelaksanaan kegiatan remedial, guru harus pandai-pandai memilih tempat yang tepat. Mungkin kegiatan tersebut dilaksanakan di kelas, di perpustakaan, di laboratorium, di taman, di ruang BK, di rumah dan sebagainya. Masing-masing tempat yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan alat dan sarana penunjang lainnya.
c. Cara pelaksanaan
Masalah pertama yang akan timbul dalam pelaksanaan remedial adalah ‘bagaimana guru menangani siswa-siswa yang lamban atau mengalami kesulitan dalam menguasai KD tertentu’.
Ada beberapa model/cara yang dapat ditempuh untuk pelaksanaan kegiatan remedial, yaitu:
Jika sebagian besar siswa belum dapat mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan dalam pencapaian KD tertentu, maka guru dapat melakukan kegiatan remedial dengan cara menjelaskan kembali secara klasikal KD yang bersangkutan, dengan menggunakan strategi yang lebih disederhanakan.
Bentuk penyederhanaan dapat dilakukan guru antara lain melalui: Penyederhanaan isi / materi pembelajaran untuk KD tertentu. Penyederhanaan cara penyajian (misalnya: menggunakan gambar, model, skema, grafik, memberikan rangkuman yang sederhana, dan lain-lain). Penyederhanaan soal/ pertanyaan yang diberikan. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai tutor.
Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler.
Bentuk penyederhanaan dapat dilakukan guru antara lain melalui penyederhanaan isi / materi pembelajaran, cara penyajian, maupun soal, pertanyaan yang diberikan sebagaimana telah disebut pada butir a diatas.
Guru dapat memanfaatkan modul pembelajaran “tutor sejawat” (pecr tutor), di mana siswa-siswa yang telah mencapai ketuntasan dapat diminta menjadi tutor bagi teman sekelasnya yang belum mencapai ketuntasan, dengan memanfaatkan menggunakan bahan-bahan yang telah disediakan oleh guru.
d. Materi dan waktu pelaksanaan
Materi untuk Program Remedial diberikan hanya pada KD yang belum dikuasai, yaitu siswa yang belum mencapai skor 75 atau yang belum mencapai KKM.
Ada beberapa alternatif waktu untuk pelaksanaan Program Remedial antara lain: Setelah mengikuti Ulhar terhadap KD tertentu. Setelah mengikuti Ulangan Blok atas sejumlah KD dalam satu kesatuan. Setelah mengikuti Ulhar atau Ulangan Blok terakhir. Khusus untuk remedi terakhir ini hanya diberlakukan untuk KD atau blok terakhir dari KD atau blok-blok yang ada pada semester tertentu.
Sampai berapa kalikah remedi dianggap
layak untuk dilakukan?
Setelah mengikuti Ulhar, seorang
siswa dapat mengikuti 2 (dua) kali remedial (remedi pertama dan remedi kedua).
Jika pada remedi pertama seorang siswa masih juga gagal mencapai kompetensi,
siswa dapat mengikuti remedi yang kedua. Namun jika pada remedi kedua siswa
belum juga mencapai ketuntasan (skor 75 atau skor yang ditetapkan), maka
kegiatan remedi tidak perlu diteruskan, karena kemungkinan potensi siswa untuk
bidang tertentu memang hanya sebatas yang dapat dicapai pada remedi kedua.
Siswa semacam ini perlu dicatat oleh
guru dan dilaporkan pada profil hasil belajarnya. Catatan-catatan siswa semacam
ini kiranya akan bermanfaat untuk menentukan bakat siswa selanjutnya.
e. Metode dan media
Pemilihan/penentuan metode dan media dalam melaksanakan Program Remedial, perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
Pemilihan/penentuan metode dan media dalam melaksanakan Program Remedial, perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
Guru dapat memilih satu atau kombinasi
di antaranya, apakah melalui pembelajaran individual, pembelajaran sejawat,
kerja kelompok, atau tutorial. Yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
program remedial adalah, apapun strategi yang dipilih, termasuk metode dan
media, sifatnya adalah penyederhanaan dari pembelajaran reguler. Oleh karena
itu baik materi, metode, media, maupun tesnya harus merupakan penyederhanaan
dari pembelajaran regulernya. Dalam kaitan dengan banyaknya jumlah siswa pada
setiap kelas (+ 40 orang), apalagi kalau seorang guru mengajar di sejumlah
kelas, maka mungkin sekali jumlah peserta program remedial, akan banyak sekali.
Untuk itu guru dapat mengimplementasikan strategi pembelajaran tuntas ini
dengan memperhatikan asumsi-asumsi dasar berikut ini:
Siswa yang paling memerlukan
bantuan/bimbingan serius adalah mereka-mereka yang karena sesuatu hal tidak
dapat mencapai ketuntasan (nilai 75), tentu dengan berbagai kategori, ada yang
berat, sedang dan ringan. Jika pembelajaran reguler dilakukan dengan benar,
maka dapat diasumsikan, siswa yang bermasalah tidak akan melebihi 16% dari
jumlah siswa dalam kelas. Jika dalam satu kelas berisi 40 orang siswa, maka
dimungkinkan ada 6 siswa yang bermasalah. Dari 6 siswa yang bermasalah
tersebut, mungkin hanya 2 orang saja yang mengalami kesulitan berat, sedang 4
orang lainnya termasuk kesulitan sedang dan ringan.
Dengan demikian, dalam kelas yang
normal, mungkin guru cukup berkonsentrasi pada 6 orang yang bermasalah, atau
harus berkonsentrasi pada 2 orang yang mengalami kesulitan berat. Sementara 34
siswa lainnya yang termasuk kategori normal dan (mungkin) unggul, dengan
perhatian yang wajar saja mereka sudah mampu menuntaskan kompetensi yang
dituntut.
f. Ringkasan Program Remedial
Setelah mempelajari dua atau tiga Standar Kompetensi (SK), siswa diberi Ulangan Blok. Bila tiap SK ada tiga KD, maka tiap Ulangan Blok ada sekitar 9 KD.
Setelah mempelajari dua atau tiga Standar Kompetensi (SK), siswa diberi Ulangan Blok. Bila tiap SK ada tiga KD, maka tiap Ulangan Blok ada sekitar 9 KD.
Secara berurutan kegiatan guru dan
siswa adalah sebagai berikut: Siswa melakukan pembelajaran untuk beberapa KD.
Guru memberi tugas Pekerjaan Rumah (PR) dan Kuis. Hasil PR dan Kuis dianalisis
untuk merancang Program Remedial. Siswa mempelajari KD berikutnya. Guru memberi
tugas PR dan Kuis. Setelah belajar sejumlah KD, yaitu sekitar 4 minggu, guru
mengadakan Ulangan Harian. Guru menilai Ulangan Harian, dan menganalisis hasil
Ulangan Harian. Siswa yang belum mencapai semua KD, mengikuti Program Remedial,
yaitu belajar lagi dan kemudian mengikuti Ulangan Harian. Setelah siswa
mempelajari sejumlah KD yaitu sekitar 6 minggu, diberi Ulangan Blok. Guru
menilai Ulangan Blok dan menganalisis hasil Ulangan Blok untuk menentukan
Program Remedial. Demikian seterusnya: belajar, siswa diberi tugas, diberi
Ulangan Harian, dan diberi Ulangan Blok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar