Kamis, 23 Oktober 2014

PUISI HEROIK NUANSA POLITIK


Bukan Indonesia Hebat yang Didapat,
tapi Indonesia Laknat

Mari kita hentikan sogok-sogokan
Kita hidup di zaman ketika uang dipuja-puja sebagai tuhan
Dengan uang hubungan antar manusia diukur dan ditentukan
Ketika mobil, tanah, deposito, relasi dan kepangkatan,
ketika politik, ideologi kekuasaan disembah sebagai tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan tuhan,
sehingga di negeri ini tak jelas lagi batas antara antara halal dan haram,
seperti membedakan warna benang putih dan benang hitam di hutan kelam jam satu malam
Ketika 17 dari 33 gubernur menjadi tersangka, 52% jumlahnya
Ketika 27 dari 50 anggota komisi anggaran DPR ditahan, 62% jumlahnya
Saksikan, saksikan, begitu banyak orang yang menyembah uang dengan khusyuknya
Uang dipuja, dipertuhan, disucikan, ditinggikan sebagai berhala
Undang-undang dan peraturan dengan kaki, diinjak secara leluasa
Sesudah pilpres 2014 ini, mari kita introspeksi diri sebagai bangsa
Wahai yang memberikan suaranya karena menerima sogokan, ayo kita bertobat diam-diam di hadapan Tuhan
Wahai yang terpilih karena memberikan sogokan, wahai yang mendapatkan kedudukan karena memberikan sogokan, bertobatlah diam-diam,
semoga diampuni Yang Maha Rahman
Kemudian, kemudian, dalam jangka lima tahun di hadapan, sama-sama kita obati demokrasi kita yang sakit parah ini,
demokrasi kita sakit kronis, sakit berat selama ini
Mari kita berhenti memuja uang sebagai tuhan
Uang janganlah lagi dipuja-disucikan sebagai berhala,
Ditinggikan dalam pilkada, pilpres dan pemilihan-pemilihan apa pun juga
Jangan ada lagi sogokan uang, tidak ada lagi sogokan uang!
Ingatlah pemilihan umum pertama 1955, 57 tahun silam;
yang demikian aman, yang demikian berwarna terang dalam kejujuran
Wahai, jangan lagi ada sogokan uang
Sehingga dalam lambaian merah putih, Indonesia betul-betul hebat
Kalau tidak, yang terjadi adalah Indonesia laknat!
By : Taufik Ismail

Tidak ada komentar:

Posting Komentar