=================================================
Jika BBM dinaikkan begitu cepat, maka rokok harus lebih melesat. Tujuannya agar para perokok hanyalah kaum terhormat, sedangkan kaum melarat bakal berpikir ulang membeli rokok jika upahnya hanya cukup membeli beras dan daging sekerat.
Rokok harus jadi barang paling "Wah". Dijual di Mall dan Plaza dengan
label barang mewah. Barangkali dengan begitu para pecandu rokok bakal
menangis darah.
Rokok bukan sekedar dilabeli "Merokok Membunuhmu," tetapi diubah "Dasar tolol, merokok membunuh dan memiskinkanmu, mau mati dan miskin gara-gara rokok dan cerutu!".
Jika ada yang berujar; "Harga rokok dinaikkan, kasihan pabrik rokok akan merugi," padahal justru jika rokok menjadi "Barang mewah," niscaya penghasilan bertambah. Sedangkan BBM dinaikkan menjadi Rp.9500, diperkirankan menambah devisa negara sebresar 20 trilyun rupiah. Tentu jika harga rokok dinaikkan menjadi Rp. 100.000 maka pabrik rokok akan meraup untung hingga beratus-ratus trilyun rupiah.
Jika ada yang berujar; "Nanti tidak ada yang beli, maka pengangguran besar-besaran terjadi," buktinya bensin dinaikkan walaupun dibarengi demontrasi tetap saja ada yang antri. Jadi, orang kaya justru akan bangga sebab rokok bisa jadi pembeda antara pendapatan kelas kakap dan kelas teri, maka mereka akan antri beli rokok untuk jaga gengsi dan harga diri.
Jika ada yang berujar; "Lalu kami yang miskin ini, apa tidak boleh mencicipi rokok?" Maka itu bergantung pada kesanggupan untuk menjadi kaya, jika tak sanggup maka silahkan berhenti. Pilih berhenti merokok atau berhenti jadi suami karena dianggap lebih mencintai rokok daripada anak dan istri, sebab sudah tahu miskin masih saja nekad beli rokok yang harganya sedemikian tinggi.
29.10.2014
Rokok bukan sekedar dilabeli "Merokok Membunuhmu," tetapi diubah "Dasar tolol, merokok membunuh dan memiskinkanmu, mau mati dan miskin gara-gara rokok dan cerutu!".
Jika ada yang berujar; "Harga rokok dinaikkan, kasihan pabrik rokok akan merugi," padahal justru jika rokok menjadi "Barang mewah," niscaya penghasilan bertambah. Sedangkan BBM dinaikkan menjadi Rp.9500, diperkirankan menambah devisa negara sebresar 20 trilyun rupiah. Tentu jika harga rokok dinaikkan menjadi Rp. 100.000 maka pabrik rokok akan meraup untung hingga beratus-ratus trilyun rupiah.
Jika ada yang berujar; "Nanti tidak ada yang beli, maka pengangguran besar-besaran terjadi," buktinya bensin dinaikkan walaupun dibarengi demontrasi tetap saja ada yang antri. Jadi, orang kaya justru akan bangga sebab rokok bisa jadi pembeda antara pendapatan kelas kakap dan kelas teri, maka mereka akan antri beli rokok untuk jaga gengsi dan harga diri.
Jika ada yang berujar; "Lalu kami yang miskin ini, apa tidak boleh mencicipi rokok?" Maka itu bergantung pada kesanggupan untuk menjadi kaya, jika tak sanggup maka silahkan berhenti. Pilih berhenti merokok atau berhenti jadi suami karena dianggap lebih mencintai rokok daripada anak dan istri, sebab sudah tahu miskin masih saja nekad beli rokok yang harganya sedemikian tinggi.
29.10.2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar